Di tengah hawa sejuk pegunungan dan semangat kader NU, PAC GP Ansor Kedamean menggelar Kemah Kader Penggerak sebagai ruang konsolidasi gerakan dan peneguhan khidmah. Kegiatan yang dilangsungkan pada Sabtu–Ahad, 12–13 Juli 2025 di Klurak Eco Park, Pacet, Mojokerto.
Dengan mengusung tema “Menyelaraskan Langkah, Meneguhkan Khidmah”, kegiatan ini diikuti oleh jajaran pengurus PAC dan perwakilan Ranting Ansor se-Kecamatan Kedamean. Turut hadir pula jajaran Pengurus MWCNU Kedamean serta para pembina yang memberikan pendampingan langsung selama kegiatan berlangsung.
Tak sekadar perkemahan biasa, acara ini menjadi ruang strategis dalam membangun kesadaran kolektif akan pentingnya gerakan yang terarah dan berdampak. Rangkaian acaranya pun padat dan bermakna: mulai dari Musyawarah Kerja I (Musker), forum penguatan organisasi, pemaparan program, hingga tadabbur alam sebagai pemantik kesadaran kader.
Dalam forum Musker, berbagai departemen dan bidang merumuskan program unggulan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Di antaranya, program peduli lingkungan dan gerakan sosial kemasyarakatan menjadi titik tekan yang terus disuarakan. Ini menegaskan bahwa kader Ansor tidak hanya hadir di ruang seremonial ataupun kegiatan rutin keagamaan saja, tetapi aktif secara nyata dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Ketua PAC GP Ansor Kedamean, Sahabat Saiful Amri, menegaskan pentingnya menjaga semangat penggerak dalam setiap langkah kader.
“Tunjukkan bahwa kita adalah penggerak. Kita harus berjalan di atas rel pergerakan yang benar, yang punya visi, bukan sekadar sibuk tapi kehilangan arah,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Sementara itu, Pembina PAC GP Ansor Kedamean, Achmad Ali, memberikan refleksi mencerahakan dalam sesi penguatan organisasi. " Membuat program yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat itu tidak mudah. Tapi akan menjadi sia-sia jika berhenti pada perumusan saja tanpa tindakan."
Pembina Ansor Kedamean itu juga mengajak berfikir dan merenungkan kembali makna kita ber-Ansor. " Apakah saat memakai atribut jas, kita hanya ingin terlihat gagah, Apakah keberadaan kita sudah dirasa dampaknya di tengah masyarakat?” ungkapnya penuh penekanan.
Pernyataan ini menjadi alarm sekaligus cambuk reflektif bagi seluruh peserta, bahwa Ansor bukanlah panggung pujian, melainkan ladang perjuangan yang menuntut keikhlasan, militansi pergerakan, dan konsistens dalam berkhidmah.
Kemah ini bukan hanya menyalakan semangat dalam pergerakan, tetapi juga memperkuat rasa memiliki terhadap organisasi dan solidaritas antar kader. Kader tidak lagi bergerak atas nama struktur, melainkan atas nama cita-cita bersama. Di sinilah ruh Ansor menemukan bentuknya: bergerak, berkhidmah, dan berdampak untuk masyarakat.
Penulis : Zuhdi Yazid
Posting Komentar